Jumat, 16 Maret 2012


Core, Distribution, Access Layer [Cisco Minded]

Para nettes yang budiman, dalam mendisain topologi network, kita harus merancang sedemikian rupa sehingga kedepan network yang kita kelola mudah untuk di kembangkan dan di menej sesuai kebutuhan di lapangan seperti kebijakan di instansi anda masing-masing. Mungkin bagi sebagian orang juga beranggapan : “*walah, ra penting kuwi, sek penting kan nyambung, ora perlu ngunu-ngunu kuwi*”, pendapat ini ada benarnya juga ketika kita hanya menghubungkan 2 PC atau network kecil saja, tetapi kalau acuan kita adalah QOS (Quality of Service) maka mau tidak mau kita harus mendesain dari awal network kita seperti gambardi bawah ini :

1.  Core Layer
Pada layer ini bertanggung jawab untu mengirim traffic scara cepat dan andal. Tujuannya hanyalah men-switch traffic secepat mungkin (dipengaruhi oleh kecepatan dan latency). Kegagalan pada core layer dan desain fault toleranceuntuk level ini dapat dibuat sbb :
Yang tidak boleh dilakukan :
  • tidak diperkenankan menggunakan access list, packet filtering, atau routing VLAN.
  • tidak diperkenankan mendukung akses workgroup.
  • tidak diperkenankan memperluas jaringan dengan kecepatan dan kapasitas yang lebih besar.
Yang boleh dilakukan :
  • melakukan desain untuk keandalan yang tinggi ( FDDI, Fast Ethernet dengan link yang redundan atau ATM).
  • melakukan desain untuk kecepatan dan latency rendah.
  • menggunakan protocol routing dengan waktu konvergensi yang rendah.
2.  Distribution Layer
Pada layer ini sering disebut juga workgroup layer, merupaan titik komunikasi antara access layer dan core layer. Fungsi utamanya adalah routing, filtering, akses WAN, dan menentukan akses core layer jika diperlukan. Menentukan path tercepat/terbaik dan mengirim request ke core layer. Core layer kemudian dengan cepat mengirim request tersebut ke service yang sesuai.
3.  Access Layer
Pada layer ini menyediakan aksess jaringan untuk user/workgroup dan mengontrol akses dan end user local ke Internetwork. Sering di sebut jugadesktop layer. Resource yang paling dibutuhkan oleh user akan disediakan secara local. Kelanjutan penggunaan access list dan filter, tempat pembuatan collision domain yang terpisah (segmentasi). Teknologi seperti Ethernet switchingtampak pada layer ini serta menjadi tempat dilakukannya routing statis.
Kebetulan dalam jaringan Internal UAD sudah menerapkan desain tersebut diatas dengan detail spesifikasi teknis sbb:
  • Core Layer di tangani mesin core.uad.ac.id BSD Minded dipadukan denganCisco Catalyst L3 (support multilayer) [118.97.x.x] dimana menangani jalur backbone utama ke ISP dan jalur Inherent
  • Distribution Layer di tangani mesin router Mikrotik 3.23 level 6 menangani routing terpusat, jadi semua unit /lokasi tidak ada NAT kecuali untuk Lab, sehingga kita bisa terhubung ke semua device pada masing-masing unit /kampus.
  • Access Layer ditangani mesin Mikrotik Router 3.23 level 6 dengan di bantumanagable switch besutan Nortel dengan spesifikasi Nortel 2550T menangani VLAN di masing-masing kampus.





Datar Versus hirarkis topologi

Sebuah topologi jaringan datar adalah cukup untuk jaringan yang sangat kecil. Dengan desain jaringan datar, tidak ada hirarki. Setiap perangkat internetworking memiliki dasarnya pekerjaan yang sama, dan jaringan tidak dibagi menjadi lapisan atau modul.Sebuah topologi jaringan datar mudah untuk merancang dan melaksanakan, dan mudahuntuk mempertahankan, selama jaringan tetap kecil. Ketika jaringan bertumbuh, jaringandatar tidak diinginkan. Kurangnya hirarki membuat tips sulit. Daripada mampu memusatkan upaya pemecahan masalah hanya dalam satu bidang jaringan, Andamungkin perlu memeriksa seluruh jaringan.

Datar WAN Topologi

Sebuah jaringan area luas (WAN) untuk sebuah perusahaan kecil dapat terdiri daribeberapa situs yang terhubung dalam satu lingkaran. Setiap situs memiliki WAN routeryang terhubung ke dua lokasi yang berdekatan lain melalui point-to-point. Selama WANkecil (beberapa situs), protokol routing dapat menyatu dengan cepat, dan komunikasi dengan situs lain bisa sembuh bila link gagal. (Selama hanya satu link gagal, komunikasipulih Bila lebih dari satu link gagal, beberapa situs yang terisolasi dari orang lain..)

Sebuah topologi loop datar umumnya tidak direkomendasikan untuk jaringan denganbanyak situs, namun. Sebuah topologi loop dapat berarti bahwa ada banyak hop antara router di sisi berlawanan dari loop, sehingga penundaan yang signifikan dankemungkinan lebih tinggi dari kegagalan. Jika analisis Anda dari arus lalu lintasmenunjukkan bahwa router di sisi berlawanan dari sebuah loop topologi pertukaranbanyak lalu lintas, Anda harus merekomendasikan topologi hirarki bukannya lingkaran.Untuk menghindari titik tunggal kegagalan, router atau switch berlebihan dapat ditempatkan pada lapisan atas dari hirarki.

Mesh Versus hirarkis-Mesh Topologi

Desainer jaringan sering merekomendasikan topologi mesh untuk memenuhi persyaratan ketersediaan. Pada topologi mesh penuh, setiap router atau switchterhubung ke setiap router lain atau switch. Sebuah jaringan mesh penuh menyediakan redundansi lengkap, dan menawarkan kinerja yang baik karena tidak hanya satu-linkdelay antara dua lokasi. Sebuah jaringan parsial-mesh memiliki hubungan yang lebih sedikit. Untuk mencapai router lain atau switch dalam jaringan sebagian-mesh mungkin memerlukan melintasi link menengah.

Tiga-Layer Model Klasik hirarkis

Literatur yang diterbitkan oleh Cisco Systems, Inc dan jaringan vendor berbicara tentangmodel tiga lapisan klasik hirarkis untuk desain jaringan topologi lainnya. Model tiga lapismemungkinkan agregasi lalu lintas dan penyaringan pada tiga level routing atau beralihberturut-turut. Hal ini membuat model tiga lapisan hirarkis scalable untuk besar internet bekerja internasional.

Meskipun model ini dikembangkan pada saat router digambarkan lapisan, model dapatdigunakan untuk jaringan beralih serta jaringan routed.

Setiap lapisan dari model hirarki memiliki peran tertentu. Lapisan inti menyediakan transportasi yang optimal antara situs. Lapisan distribusi menghubungkan layanan jaringan ke lapisan akses, serta menerapkan kebijakan mengenai keamanan, beban lalu lintas, dan routing. Dalam desain WAN, lapisan akses terdiri dari router di tepi jaringankampus. Dalam sebuah jaringan kampus, lapisan akses menyediakan switch atau hubuntuk pengguna akhir akses.




Pedoman untuk Desain Jaringan Hirarkis

Bagian ini secara ringkas menjelaskan beberapa panduan untuk desain jaringanhirarkis. Mengikuti panduan sederhana berikut akan membantu Anda merancangjaringan yang memanfaatkan keuntungan dari desain hirarkis.
Pedoman pertama adalah bahwa Anda harus mengontrol diameter topologi jaringan perusahaan hirarkis. Dalam kebanyakan kasus, tiga lapisan utama yang cukup:

Lapisan inti
Lapisan distribusi
Lapisan akses
Mengontrol diameter jaringan menyediakan latency rendah dan dapat diprediksi. Hal ini juga membantu Anda memprediksi jalur routing, arus lalu lintas, dan kebutuhan kapasitas. Sebuah diameter jaringan terkontrol juga membuat masalah dan jaringan dokumentasi lebih mudah.

Akhirnya, salah satu pedoman lain untuk desain jaringan hirarkis adalah bahwa Andaharus merancang lapisan akses pertama, diikuti oleh lapisan distribusi, dan akhirnyalapisan inti. Dengan memulai dengan lapisan akses, Anda dapat lebih akurat melakukanperencanaan kapasitas untuk lapisan distribusi dan inti. Anda juga dapat mengenaliteknik optimasi yang anda perlukan untuk lapisan distribusi dan inti.

Kamis, 08 Maret 2012


Tentang saya 



Nama lengkap         : Nugrahani Asna Ariyanti

Panggilan               : Hani

Tempat  tgl lahir     : Blora, 01 Februari 1993

Email                     : nugrahaniasna@gmail.com

Fb                         : haney_pink93@yahoo.com

Twitter                   : @haniepink

Rabu, 07 Maret 2012







C I D R


Classless Inter-Domain Routing (disingkat menjadi CIDR) adalah sebuah cara alternatif untuk mengklasifikasikan alamat-alamat IP berbeda dengan sistem klasifikasi ke dalam kelas A, kelas B, kelas C, kelas D, dan kelas E. Disebut juga sebagai supernetting. CIDR merupakan mekanisme routing yang lebih efisien dibandingkan dengan cara yang asli, yakni dengan membagi alamat IP jaringan ke dalam kelas-kelas A, B, dan C. Masalah yang terjadi pada sistem yang lama adalah bahwa sistem tersebut meninggalkan banyak sekali alamat IP yang tidak digunakan. Sebagai contoh, alamat IP kelas A secara teoritis mendukung hingga 16 juta host komputer yang dapat terhubung, sebuah jumlah yang sangat besar. Dalam kenyataannya, para pengguna alamat IP kelas A ini jarang yang memiliki jumlah host sebanyak itu, sehingga menyisakan banyak sekali ruangan kosong di dalam ruang alamat IP yang telah disediakan. CIDR dikembangkan sebagai sebuah cara untuk menggunakan alamat-alamat IP yang tidak terpakai tersebut untuk digunakan di mana saja. Dengan cara yang sama, kelas C yang secara teoritis hanya mendukung 254 alamat tiap jaringan, dapat menggunakan hingga 32766 alamat IP, yang seharusnya hanya tersedia untuk alamat IP kelas B.



VLSM




VLSM adalah pengembangan mekanisme subneting,  dimana dalam vlsm dilakukan peningkatan dari kelemahan subneting klasik, yang mana dalam clasik subneting, subnet zeroes, dan subnet- ones tidak bisa digunakan. selain itu, dalam subnet classic, lokasi nomor IP tidak efisien.


Perhitungan IP Address menggunakanmetode VLSM adalah metode yang 
berbeda denganmemberikan suatu Network Address lebih dari satu subnet mask.


Dalam penerapan IP Address menggunakanmetode VLSM agar tetap dapat berkomunikasi kedalam jaringan internet sebaiknya pengelolaan networknya dapat memenuhi persyaratan 


  1.  Routing protocol yang digunakan harus mampu membawa informasi mengenai notasi prefix untuk setiap rute broadcastnya (routing protocol :  RIP, IGRP, EIGRP, OSPF dan lainnya, bahan bacaan lanjut protocol routing : CNAP 1-2),
  2. Semua perangkat router yang digunakan dalam jaringan harus mendukung metode VLSM yang menggunakan algoritma penerus packet informasi.


Contoh penerapan VLSM

130.20.0.0/20
Kita hitung jumlah subnet terlebih dahulu menggunakan CIDR, maka
didapat
11111111.11111111.11110000.00000000 = /20
Jumlah angka binary 1 pada 2 oktat terakhir subnet adalah4 maka
Jumlah subnet = (2x) = 24 = 16
Maka blok tiap subnetnya adalah :
Blok subnet ke 1 = 130.20.0.0/20
Blok subnet ke 2 = 130.20.16.0/20
Blok subnet ke 3 = 130.20.32.0/20
Dst… sampai dengan
Blok subnet ke 16 = 130.20.240.0/20
Selanjutnya kita ambil nilai blok ke 3 dari hasil CIDR yaitu 130.20.32.0 kemudian :
- Kita pecah menjadi 16 blok subnet, dimana nilai16 diambil dari hasil
perhitungan
subnet pertama yaitu /20 = (2x) = 24 = 16
- Selanjutnya nilai subnet di ubah tergantung kebutuhan untuk pembahasan ini
kita
gunakan /24, maka didapat 130.20.32.0/24 kemudian diperbanyak menjadi 16
blok lagi sehingga didapat 16 blok baru yaitu :
Blok subnet VLSM 1-1 = 130.20.32.0/24
Blok subnet VLSM 1-2 = 130.20.33.0/24
Blok subnet VLSM 1-3 = 130.20.34.0/24
Blok subnet VLSM 1-4 = 130.20.35.0/24
Dst… sampai dengan
Blok subnet VLSM 1-16 = = 130.20.47/24
- Selanjutnya kita ambil kembali nilai ke 1 dari blok subnet VLSM 1-1 yaitu
130.20.32.0 kemudian kita pecah menjadi 16:2 = 8 blok subnet lagi, namun oktat
ke 4 pada Network ID yang kita ubah juga menjadi8 blok kelipatan dari 32
sehingga didapat :
Blok subnet VLSM 2-1 = 130.20.32.0/27
Blok subnet VLSM 2-2 = 130.20.32.32/27
Blok subnet VLSM 2-3 = 130.20.33.64/27
Blok subnet VLSM 2-4 = 130.20.34.96/27
Blok subnet VLSM 2-5 = 130.20.35.128/27
Blok subnet VLSM 2-6 = 130.20.36.160/27
Blok subnet VLSM 2-1 = 130.20.37.192/27

Blok subnet VLSM 2-1 = 130.20.38.224/27